Batusangkar, Hariankhazanah.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Datar “concern” melestarikan kembali ikan bilih yang merupakan ikan endemik Danau Singkarak dari kepunahan.
“Pemerintah daerah sangat konsen bagaimana ke depannya ikan bilih kembali lestari dan terhindar dari kepunahan, sehingga ikan endemik danau Singkarak yang bergizi ini kembali menjadi primadona dan salah satu pangan pilihan di masa depan,” ujar Ahmad Fadly saat mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Efektivitas Restocking Ikan Endemik Bilih di Danau Singkarak, yang digelar Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar bersama PKSPL-IPB, di aula kantor gubernur Sumbar, Selasa (15/7/2025).
Dikatakan wabup, pemerintah daerah melalui OPD terkait, dan wali nagari seputaran Danau Singkarak selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu menjaga ekosistem ikan bilih.
“Setelah FGD ini, akan dilakukan aksi nyata untuk menjaga perkembangan endemik ikan bilih di Danau Singkarak. Karena, sangat berdampak besar terhadap kelangsungan perekonomin dan ketahanan pangan masyarakat kedepannya,” ungkapnya.
Sementara Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum Politik dan Pemerintahan Jasman Rizal mengatakan, ikan bilih satu satunya di dunia yang mempunyai nilai endemik tersendiri dan alami. Karena itu harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
“Melalui FGD ini, kepada pihak terkait, agar dapat melakukan gerak cepat untuk menyelamatkan penanganan terkait populasi ikan bilih. Karena memiliki nilai ekonomi tinggi, ikan ini menjadi target tangkapan utama oleh masyarakat sekitar danau, ” pintanya.
Selain itu, tambah Jasman, karena nilai jual yang beragam, tentu pengelolaan dari ikan bilih harus memperhatikan kelestarian dan keberlanjutannya.
“Untuk itu perlu dilakukan pengawasan, pengendalian sampah, melakukan sosialisasi dan kesadaran masyarakat. Sehingga ikan bilih ini bisa berkembang biak dengan baik,” tegasnya.
Kepala PKSPL-IPB University Prof. Dr. Yonvitner menyampaikan Focus Group Discussion (FGD) yang bertemakan peningkatan efektivitas Restocking Ikan Endemik Bilih Sumatera Barat salah satu program kerjasama dari berbagai pihak.
“FGD ini merupakan kerjasama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan bersama Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) bersama Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) didukung Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar yang akan membahas Peningkatan Produksi Ikan Kecil di Indonesia,” ulasnya.
Dia tambahkan, kegiatan penangkapan ikan bilih yang telah berlangsung lama, tentu juga berpengaruh terhadap produksi.
“Semenjak tahun 2006 penurunan sekitar 4,74% per tahun. Sesuai data yang tercatat, produksi ikan bilih tertinggi berada pada tahun 2013 yaitu sebanyak 970,072 ton per tahun dan kemudian mengalami penurunan total produksi sejak tahun 2015 yaitu 680,58 ton per tahun,” paparnya.
Lebih lanjut, Yonvitner mengatakan, penurunan hasil produksi ikan bilih ini membuktikan populasi di Danau Singkarak yang mulai terancam dan menuju kepunahan dengan status penangkapan berlebih (overfishing).
“Untuk itu melalui kegiatan FGD ini diharapkan bisa mengumpulkan masukan, partisipasi dan keterlibatan berbagai pihak dalam pelestarian dan pemanfaatan ikan bilih,” pungkasnya.
Di kesempatan tersebut juga menghadirkan narasumber yaitu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumbar Dr. Ir. Reti Wafda, M.Tp, Direktur CSR PT Semen Padang Deni Zein, Peneliti Ikan Bilih Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta Prof. Dr. Hajrial Syandri, MS, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Solok Ir. Syoufitri MM. (Nas)